Aku punya tetangga bernama ibu Mayang. Umurnya sekitar 45 tahunan. Ia
seorang Ibu Rumah Tangga dengan 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa
semua. wajahnya biasa saja, hanya sedap dipandang mata (kaya lagunya
Ahmad Albar dkk). Tubuhnya gemuk tidak kurus pun enggak. Montok dan
sekel. Sedangkan kulitnya kuning langsat, Rambutnya agak ikal sebahu
lewat dan bibirnya agak lebar tapi tidak terlalu tebal. Yang paling
kusenangi adalah payudaranya yang menurutku sangat menggoda. Anak
pertamanya laki-laki, seorang tentara dan berdinas diluar pulau jawa.
Yang kedua perempuan bekerja sebagai seorang Pengawas Mutu (QC) di
sebuah pabrik di kota Bekasi. Yang bungsu sedang menempuh semester 4
di salah satu perguruan tinggi di Negeri di Jakarta. Alhasil, setiap
hari bu Mayang tinggal sendirian di rumahnya.
Awal pertemuanku dengan ibu Mayang terjadi pada saat sedang hajatan
tetanggaku. Ibu Mayang bertindak sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku
koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager
bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya ngangkutin piring kotor dan
sampah.
Saat itu sudah jam 10 malam menjelang hajatan, aku sedang mempersiapkan
janur yang sudah dirangkai dan siap dipasang. Setelah urusan pemasangan
janur aku serahkan kepada salah seorang kawanku, aku pun bersiap untuk
pulang agar besok badanku segar dan tidak terlalu letih akibat begadang.
Tia-tiba sang empunya hajat memanggilku dan meminta tolong untuk
mengantar Ibu Mayang ke pasar karena ada yang terlupa untuk dibeli.
Kusanggupi permintaannya dan ku nyalakan skuter tua buatan italiku. Tak
lama bu mayang pun nyemplak dibelakang dan kami segera menuju pasar
menembus gelapnya malam yang lumayan dingin. “Pelan-pelan aja mas, saya
takut!” celetuknya ketika vespaku kugeber agak kencang. “Ga papa kok bu,
udah biasa… abs kalo pelan jalannya ga enak!” kataku sekenanya.
Ia tidak menjawab dan malah mengalungkan tangannya ke perutku. “Tar kalo
kenapa-kenapa dijalan kamu tanggung jawab ya…?!?!?” katanya ketus.
Singkat cerita sampailah kami di pasar dan setelah mendapatkan apa yang
dicari kami segera otw pulang. Sialnya, ditengah jalan vespaku mogok
entah kenapa. Kuminta bu Mayang turun dan kuperiksa mesinnya. Sekilas
nampak raut kesal di wajah ibu Mayang. “Tau begini tadi pake motor si
Hendrik saja?!!”. “Sebentar bu, biasanya kao ngadat begini cuma
sebengtar kok!” Kataku berupaya meredam kekesalan bu Mayang. lalu
setelah ku utak utik platinanya sang tunggangan pun kembali menyala.
Setelah menyala, kuuminta bu mayang naik dan kami meneruskan perjalanan.
“Makanya jangan kenceng-kenceng! marah motor mu tuh!” kata bu Mayang.
“Hahahahaha… si ibu bisa aja!, namanya barang ttua ya begini bu.,
seuka ngadat!” “Eh belum tentu lho, ada juga barang tua yang ga pernah
ngadat…!” sanggahnya. “Emang ada bu? kalo ada saya mau tuh!!”
jawabku… “Udah aha, konsentrasi sm jalan sana! Tar nabrak lagi!”
omelnya “Oke mami siap laksanakan”. “Mami mami, emangnya aku germo!??”
jawabnya sambil mencubit perutku pelan. “AOWWW, sakit bu!” dan sepeda
motorku sedikit oleng…. uppsss, dengan sedikit skill motor kembali
dapat kukendalikan. “Udah ah jangan becanda mulu, tar jatoh lagi”. Skip
story sampe juga kami di alamat semula. “Her, langsung anter aku ke
rumah aja, besok aja lah belanjaannya dianterinnya. dipakenya juga buat
sorenya kok!” bu mayang memintaku. “ya udah, gapapa” motor ku belokkan
ke arah gang bu mayang. “Makasih ya, eh km ada nmr hp saya ga? supaya
besok gampang buat koordinasi!” kata bu mayang setibanya di pagar depan
rumahnya, kami pun bertukar no hp masing masing.
Sampe dirumah tiba2 hpku berbunyi. SMS dari bu Mayang. ‘Her, km bs
dateng ke rumha ga? sklian bawa baju yg td disewa. saya mau fitting tadi
lupa’. Aku berkerut, oh iya tadi sore aku ditugaskan mengambil baju
sewaan buat orang2 yang bertugas di pramanan. ‘Ok bu saya kesana’
jawabku dan lsg kusambar tas plastik yang berisi baju dan kain sewaan.
sampai dirumah bu Mayang, baru mau aku ketuk pintu pager bu mayang sudah
muncul dari dalam rumah. Aduuhhh…. dia pakai baju tidur diatas lutut,
menampilkan kakinya yang padat berisi serta pahanya yang mulus,
walaupun terlihat masih memakai bra, dadanya yang montok sempat
membuatku menelan ludah. “Hey malah bengong ayo masuk, mana bajunya?”
aku kaget setengah mateng saat tangannya mengusap wajahku. Halus
sekali… dan wangi … entah lotion entah parfum… aku pun masuk
mengikuti bu mayang… Alamak bokongnya sangat menggoda…
Setelah didalam, aku dipersilahkan duduk dan basa basi sebentar, “herna
kemana bu?” kataku menyakan anaknya yang bungsu. “Oh, dia lagi ke tempat
kawannya. Katanya ada tugas kuliah, besok paling dia pulang”. setelah
ngobrol sedikit, ia pun membawa tas plastik itu kedalam dan agak lama
aku menunggu di ruang depan rumahnya. Selama penantian itu aku
membayangkan sedang bergumul dengannya dikasur dan melepaskan hasratku
yang terpendam dengannya. Saling mencium, saling menjilat dan saling
meraba. 15 menit berlalu dan ia kembali ke ruang depan sambil menenteng
tasnya. “Aduh maaf ya her, kelamaan.. eh kamu mau minum ga??? sampe
lupaaa… tar ya saya ambilin minum dulu… mau kopi apa kopi susu? Kopi
susu aja yah, kopi hitamnya saya lupa udah abis…” katanya nyerocos…
” Ga usah bu… gapapa !” percuma aku menjawab karena bu mayang sudah
ngeloyor ke belakang. Tak lama ia kembali sambil membawa secangkir kopi
“maaf, kopi susunya yang abis, ga taunya adanya kopi item”. “Gapapa kok
bu ga usah repot-repot”. Sambil menikmati kopi, kami mengobrol ngalor
ngidul sampe akhirnya ku tahu suaminya pergi meninggalkan dia saat
anaknya yang bungsu masih kelas 2 SD, demi meraih cinta seorang
pramugari. Diam-diam kuambil gambarnya pake hpku. Pembicaraan semakin
hangat bahkan mulai menjurus ke hal2 yang berbau XXX.
“Kopinya mau nambah ga? tapi kalo mau kopi susu ga ada…” tanya bu
mayang saat melihat isi cangkir yang tinggal setengah. “Gapapa, bu. Udah
cukup. Lagian kopinya juga udah berasa kopi susu kok!” jawabku sambil
nyegir. “Lho kok bisa gitu?” bu mayang kelihatanya bingung dengan
jawabanku. “Iya dari tadi udah pake susu… walau hanya pandangan…
hehehehe…” “eeeehhh… kamu… genit ya! berarti kamu dari tadi
ngintipin nenen saya ya? dasar genitt ih!” katanya sambil kembali
mengusap wajahku. Kali ini kutangkap tangannya dan ku cium jarinya.
Nampak bu mayang agak terkejut menerima perlakuanku, tapi hanya
sepersekian detik saja. Ia hanya diam saja ketika aku mulai menciumi dan
menjilati jari tangannya. Namun ia kemudian menarik tangannya.
“Mmmmaaaffhh… bu… maaaf… saya terbawa suasana… ” kataku mencari
pembenaran. Bu mayang tak menjawab dan hanya menarik nafas panjang, tak
lama ia ke belakang samb il membawa cangkir kopiku yang sudah habis.
Aduh, ngambek dia…. pikirku. Salah sendiri ga pake basa basi pikirku
wah kacau ni bisa nanti.
Beberapa saat kemudian ia kembali ke depan dan aku pun bersiap untuk
pamitan. “Her, maksud kamu apa tadi?”. Gemet aku ter… “MMaaafff bu…
maaf… kalo ibu tersinggung… maaf sekali lagi. Saya terbawa suasana.
Abis ibu pakeannya bkn sy jelalatan…”. “Gapapa Her, saya cuma kaget
aja kamu kok berani begitu sma saya. Eh, kamu jangan pasang wajah melas
gitu doong…. serius her, saya ga marah… “. “Beneran bu, ibbu ga
marah?” tanyaku lagi. “Enggak, ga marah beneraan… suerr!” Bu mayang
malah mendekati tempat aku duduk dan memegang bahuku. “Kamu udah buat
darah saya berdesir, waktu kamu isapin jari saya. Her, saya… saya… ”
bu Mayang tidak meneruskan kata-katanya dan malah memeluk saya. Saat
dadanya menempel, serasa darah ini berkumpul di kepala dan kaget bukan
kepalang dengan perlakuan bu mayang ini. Belum selesai kaget ku, bu
mayang lalu memegang kedua pipiku, “Saya mau lebih dari itu, kamu mau
ga??” Sumpah, lelaki ****** dan homo saja yang ga mau memberikan lebih
dari sekedar mengisap dan menjilati jari wanita seperti bu mayang ini.
“Bu, Ibu serius??” “Serius, bahkan sejuta rius!!” katanya sambil masih
memegangi kedua belah pipku. Baru aku mau ngommong tiba tiba bu Mayang
menarik kepalaku dan mengecup bibirku berulang-ulang. Lama-lama
kecupannya berubah menjadi lumatan di bibirku.Mendapat serangan seperti
itu, kukalungkan taanganku dilehernya dan balas melumat bibirnya dengan
lembut. Kami sangat menikmati permainan bibir itu, sampai-sampai bu
mayang kutidurkan di sofa sambil terus melumat bibirnya dengan lembut.
Perlahan aku turunkan bibirku ke arah dagunya dan semakin turun ke
lehernya. Bu mayang hanya bergelinjang dan mendesah-desah nikmat,
membuat aku semakin terangsang. Ku belas payudaranya yang selama ini
hanya kudambakan dalam lamunan pada setiap acara onaniku. Bu mayang
makin menggelinjang dan semakin belingsatan saat ku remas halus
payudaranya dari luar. Tiba-tiba ia mendorong tubuhku dan mengangkat
bagian bawah bajunya, “liat nih… kamu harus bertanggung jawab…”
katanya sambil memnunjukkan celana dalamnya yang kelihatan basah. “Mau
dituntaskan bu?” tanyaku sedikit menantang. “Dikamar aja yuk!?”
jawabnya. akupun hanya mengangguk dan mengikuti bu mayang yang berjalan
ke kamarnya. Di kamar, kami melanjutkan acara saling memagut dan melumat
bibir. “Her, puasin aku malam ini!” katanya padaku. Ia pun berdiri dan
melepas bajunya. Nampaklah payudaranya yang memang lumayan besar tapi
agak kendor. Bu mayang sekarang tinggal memakai bra dan cdnya saja.
Nampak memeknya yang tembem tertutup celana dalam putih dan depannya
basah akibat permainan tadi. Lalu bu mayang naik ke kasur dan menciumi
bibirku kembali dengan posisi berlutut. Kusambut ciumannya sambil
meremas lembut payudaranya. Sambil berciuman, kucoba melepas kaitan
bra-nya dan setelah berhasil kujilati pentilnya dan kuremas pelan.
Sambil kuhisap payudaranya yang sebelah kiri, kuremas payudara yang
sebelah kanan. Bergantian kujilati dan kuhisapi kedua payudara bu mayang
sambil a masih berlutut menghadapku. Tak lama ia merapatkan perutnya
dan mengoyang-goyangkan memeknya didadaku sambil terus mendesah, dan gak
lama ia memeluk tubuhku erat sambil melenguh panjang,
“ooooowwwwwwhhh… aaah….sssssssshhhh.. emmhhh… aaahh… aaahhh ….
aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh!!!!!” Orgasme rupanya dia. “Her buka
pakaianmu….. her, pliiisss… puasin aku malem ini her…” wajahnya
nampak memelas sekali. Segera kulepas semua pakaian dari yang terluar
sampai yang terdalam. Kontolku yang sudah ngaceng seddari tadi pun tegak
terangguk-angguk menanti sasaran tembak. Tanpa banyak komentar, bu
mayang langsung menciumi bijiku dengan lembut. sesekali ia mengulum biji
pelerku dan menjilatinya. Setengah mampus aku menahan geli enak dan
rasa aneh saat ia mengulum biji pelerku. Rasa-rasa ingin kencing, linu
dan rada-rada enek….Kubelai rambutnya sambil sebelah tanganku mengusap
punggungnya yangg halus. Lalu ia mulai menciumi bataang kontolku dan
memasukannya kemulut. Ahh… aahhh… enak bu.. enakh… ah…aaaahhh…
ssshhh… aaaahhhh… itu yang kukatakan saat kepalanya maju mundur
mengulum kontolku. Tak tahan melihat pantatnya yang bulat, segera
kutarik pahanya keatas, dan dalam sekejap kami sudah berada dalam posisi
69. kujilati memeknya dengan penuh sukacita, kadang kadang-kadang
kutekan lidahku di clit-nya sambil terus meremas pantatnya. Bu mayang
nampak terbawa dengan permainan ini dan ia mulai menggoyang-goyangkan
pinggulnya dan terkadang menekannya ke mukaku sampai-sampai aku susah
bernapas. 5 menit berselang ia melepaskan kulumannya pada kontolku dan
meremas betisku dengan keras sambil mengejang dan mengerang. Bahkan
mukaku ditekannya menggunakan memeknya. Oooooohhh…..
aaaarrrrggghhhh….aaaaahhh…. ssshhhhhhh…. aaaaaahhhhh….. dan
terasa ada yang mengalir dan membasahi bibir dan mulutku. Orgasme lagi
dan tercium aroma khas cairan lendir wanita di hidungku dan mengalir
menuju mulut dan lidahku. Segera kusapu dan kuhisap sambil sesekali
menghisap clitnya.
Bu mayang menggulinggkan tubuhnya dan tergolek lemas setelah mendapatkan
orgaasme keduanya. Kuambil insiatif dengan melebarkan pahanya dan mulai
kutusuk dia dengan kontolku. Kuulek-ulek sedikit permukaan memeknya
denga kepala kontolku dan bu mayang mulai terangsang lagi. Perlahan
mulai kumasukkan kontolku, sambil terus mengulek permukaan memeknya.
Blesshhh…. cleepppp… perlahan namun pasti kontolku mulai memasuki
area persengamaan bu mayang sambil diikuti erangan dan lenguhan
kenikmatan bu Mayang. ooooohhhh….. sssshhhhh…… sssshhhhh….
terusssshhhh…. herrr…. mmmmmasssukiiinnn yg dalemmmmhhh ohhhh….
Kugenjot memek bu mayang dengan kecepatan biasa dengan posisi dua kaki
bu mayang berada di bahuku. seddangkan aku mengambil posisi berlutut
sambil maju mundur menggenjot memek bu mayang.. aaahhh….
ahhhh…aaahhhh… aaahhh… bu mayang terus mendesah seperti itu setipa
kontolku ku masukkan. Tak lama leherku dijepi oleh kedua kaki bu
mayang dan ia mengangkat pantatnya keatas sambil melolong panjang …..
hhhhhnnnnggggkkkkkkkhhhh ahhh… aaahhh…. aaahhh…. kembali bu mayang
merasakan orgasmenya. Kuturunkan kaki Bu mayang dan kuarahkan aga bu
mayang tidur dengan posisi menyamping. Ku angkat kaki sebelah kanannya
dan kumasukan lagi kontolku ke memeknya dengan posisi menyamping dan
menduduki kakinya yang sebelah kiri. Perlahan namun pasti, sambbil
menggenjot kupegangi kaki kanannya maju mundur, lama kelamaan ku
percepat genjotanku sambil memilin2 pentil susu bu mayang. Menerima
perlakuanku bu mayang makin belingsatan dan terus ber ah oh membuat
libidoku semakin memuncak. Ku percepat kocokanku dan akhirnya sambil
menjilati betis bu mayang kulepaskan pejuhku kedalam memek bu
mayang….. Huuuuaaaahhhhh….. aaaahhhhh…. mmmmhhhhh…..
crrrroooottttt….. crroooootttthh… crooooooooottthh….. sekitar lima
kali kutembak memek bu mayang dengan pejuhku. Terasa lemas badanku.
Serasa copot semua persendian badan… akupun melorot dan rebah
disambping bu mayang…. kupeluk badannya dan kucium pipi dan bibirnya
dengan mesra… makasih sayang…. saya senang dan puas melakukan ini
sama bu mayang. Ia hanya tersenyum dan mengusap-usap dadaku. Kami
berpelukan dan berciuman sekitar 2 menitan. Lalu bu mayang berdiri dan
mengambil cdnya. Ia lalu mengelapi memeknya yang basah. Setelah itu, ia
pun kemudian mengelapi kontolku yang mulai mengendor usai bertempur. Ia
lalu mencium bibirku dan berdiri kembali, “aku ke kamar mandi dulu
sayang…” katanya sambil berlalu tanpa busana ke kamar mandi. Aku
hanya terbaring tersengal2 mengatur napasku. Tak lama aku tertidur…..
bertelanjang bulat di kamar bu mayang…
aku terbangun saat terasa ada yang geli di daerah kontolku. Saat kubuka
mataku, bu mayang sedang asyik mengulum kontolku. Kubelai lembut
rambutnya sambil melenguh menahan nikmat. Tak lama setelah kontolku
tegak lurus kembali, bu mayang mengambil posisi duduk membelakangiku.
Dimasukkannya kontolku kedalam memeknya disertai desahan panjang..
aaaahhhhh…. ssshhhhh….. lau ia turun naik mengocok kontolku dengan
memeknya. Sekitar 3 menit kemudian ia kembali mencapai puncak
kenikmatannya sambil bersujud dan kontolku kembali dibasahi oleh lendir
kenikmatan bu mayang. Kupegang pantat bu mayang agar dia tetap dalam
posisi bersujud. Kosodk lagi dia dan kami lakukan doggy style.
Crek…ccreeekk…plok … plookkk..crek…. creeek… hnya suara itu
yang terdengar saat kontolku menyodok memek bu mayang dari belakang. Tak
lama terasa aku ingin keluar dan kurapatkan paha bu mayang dan kutembak
lagi dengan pejuhku memeknya…. oooooouuuughhhh…..
aaaaaaaaahhhhh….. hanya kata itu yang terucap saat kulepaskan
pejuhku…. bu mayang lalu berbalik dan menciumi bibirku. “Makasih
sayang, kamu udah puasin aku malem ini… Aku mau malem-malem
selanjutnya juga kamu bisa puasin aku…”. “sama-sama, ternyata
benar…. ga semua perabotan tua itu usang. Buktinya Bu mayang
perabottannya masih oke banget… aku suka banget…” kataku… bu
mayang hanya mencibir dan menjulurkan lidahnya…. weeek katanya
Bu mayang bangkit menuju kursi di depan meja riasnya. sambil nungging ia
membersihkan memeknya yang basah kuyup. Melihat pemandangan itu,
kontolku perlahan mulai naik lagi dan kudekap bu mayang dari belakng
sambbil menciumi bagian belakang lehernya. Tak tahan berlama-lama,
kuangkat kaki sebelah kanannya dan kusodok lagi memeknya dengan
kecepatan sedang. Ku sodoki terus memeknya dari belakang sambil
memegangi kaki kanannya dan menjilati leher belakangnya. sekitar 5 menit
ku entot bu mayang dari belakang dan akhirnya aku pun melepaskan
pejuhku untuk yang kesekian kalinya di dalam memeknya yang hangat dan
nikmat….. “Udah dong sayang….. dengkulku rasa mau copot nih… ”
kata bu mayang memelas… Karena lemas mungkin bu mayang nggelosor di
bawah meja rias. kuangkat tubuhnya dengan susah payah dan kurebahkan di
kasur… lalu kamipun tertidur berpelukan dengan kondisi lelah dan
telanjang bulat. Ditambah pula selangkangan yang lengket karena lendir
yang belum sempat dibersihkan.
Pagi harinya kami tersentak kaget karena nampak hari sudah terang.
Terburu-buru kami menuju kamar mandi dan mandi bareng sambil cekikikan
mengingat kejadian tadi malam. Selepas mandi, dengan bertelanjang bulat
kami menuju kamar bu Mayang dan aku segera mengganti pakaian dengan baju
adat. Saat kami berpakaian, aku sempat terangsang lagi saat melihat bu
Mayang berdandan sambil telanjang bulat. Namun dengan lembut bu mayang
menolak segal uapayaku untuk mengajaknya bercinta. “jangan dulu ah, tar
repot… harus mandi dan keramas lagi!!” katanya. “nanti aja selesai
hajatan, dan anakku gak pulang lagi. Kamu boleh apain aja aku…”. Aku
tak menjawab hanya mengusap memeknya dengan lembut dan mencium pipinya
saja.
Di tempat hajatan, Bu Mayang tak mau jauh denganku. Bahkan dibawah meja
tangannya selalu mengusap-usap kontolku dengan pelan dan lembut. Saat
kontolku tegang ia hanya tertawa cekikikan sambil pergi meninggalkan aku
yang bersungut-sungut susah payah menenangkan adekku yang berdiri.
Sampe sekarang, aku sudah beristri dan beranak pun, kadang-kadang kami
masih melakukannya. Sekarang bu Mayang sudah berusia 55 tahun dan
memeknya masih gurih dan sedap setiap kali kuentotin.