Cerita temenku bikin penasaran. Dia bercerita bahwa di Jateng nggak jauh
dari Solo ada tempat ziarah yang bisa bebas melakukan hubungan sex
dengan orang lain. Yang lebih bikin penasaran, banyak cewek, maksudnya
ibu-ibu yang datang berziarah kesana mencari pasangan laki-laki untuk
melengkapkan niat ziarah mereka. Temenku ini sudah beberapa kali kesana.
Katanya dia tidak mementingkan ziarahnya, tetapi lebih ke berburu
ibu-ibu yang mencari pasangan.
Informasi dari temanku ini kucermati secara lebih rinci, rasanya
penasaran juga ingin mencoba. Berbekal info yang kurasa cukup lengkap
berangkat lah ke Solo dengan penerbangan murah dari Jakarta. Tarif murah
biasanya hari Rabu, tapi kalau hari Sabtu Minggu, selalu lebih mahal.
Sesampai di Solo, Rabu sore aku orientasi dulu . Cari penginapan yang
murah di sekitar stasiun Solo, lumayan banyak hotel yang harganya miring
dan cukup bersih dan bagus. Sesampai di hotel aku langsung ditawari
temen bobo, dengan bingkai promosi yang kadang-kadang berlebihan.
Karena tujuanku ke Gunung Kemukus, maka berbagai tawaran itu aku tolak halus.
Kamis menjelang Jumat Pon, perburuan dimulai. Berbekal tip dan trik dari
temanku, aku berusaha mencari dan memilih pasangan dari terminal
Tirtonadi di Solo. Kendaraan umum jurusan Purwodadi menjadi amatanku,
untuk mencari penumpang yang kemungkinan akan ziarah ke Gunung Kemukus.
Tidak mudah memang, karena sudah 2 jam aku belum menemukan perempuan
yang layak. Ya paling tidak kan cakep dan bodynya bagus, meski mereka
umumnya STW.
Selagi aku melamun sambil mereokok, ada seorang ibu-ibu menegorku. Mas bus jurusan Purwodadi yang mana ya , tanyanya.
Aku terkejut, karena yang menegor itu adalah ibu-ibu dengan kisaran umur
30 tahun, berwajah khas Jawa, tidak terlelu gendut, tapi semok juga.
Oh di sini bu, ibu mau ziarah ?? tanyaku langsung ke sasaran.
Iya, katanya.
Ibu itu ternyata baru pertama kali mau ziarah ke Gunung Kemukus. Aku
sempat heran juga, kenapa dia berani jalan sendiri tanpa pendamping.
Mbak sudah tahu syaratnya untuk ziara ke Gunung Kemukus, tanyaku.
Ya tahu dikit, mas nya mau kemana,? Tanyanya.
Saya juga mau kesana, kataku.
Mbak sudah punya pasangan untuk ziarah ke sana, tanyaku lagi.
Belum sih, apa mas ee mau nemenin saya, tanyanya.
Melihat penampilan perempuan ini yang lumayan ok, aku langsung setuju
menemani dia. Dia memperkenalkan diri, namanya Surtiyah berasal dari
Purworejo.
Dia mendapat cerita dari temannya yang juga berdagang bahwa sejak ziarah
dan minta dagangannya laris ke Gunung Kemukus, dagangannya bisa maju.
Mbak Surti, juga berdagang. Dia jualan makanan seperti nasi goreng, mi
goreng, mi rebus dengan warung tenda.. Ketika kami ngobrol di perjalanan
dia bercerita bahwa dirinya janda beranak tiga, ditinggal cerai sama
suaminya. Untuk menghidupi ke 3 anaknya dia berusaha jualan nasi goreng
dengan kemampuan seadanya. Dia dagang baru setahun, tetapi rasanya
dagangannya gak maju-maju. Setelah dapat informasi dari temennya yang
dagangannya maju, dia jadi penasaran ingin mengikuti jejak temannya,
ziarah ke makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, pada malam Jumat
Pon.
Tadinya dia agak berat juga mengetahui syarat untuk menyempurnakan
ziarah itu harus berhubungan badan dengan laki-laki yang bukan suaminya.
Tapi katanya lama-lama dia makin penasaran dan pasrah, demi melariskan
dagangannya dan membiayai anak-anaknya yang sudah makin besar-besar.
Untung saya ketemu mas e di Solo, jadi rasanya gak malu banget. Kalau
sampai di Kemukus belum dapat pasangan kan rasane piye yo, katanya
dalam bahasa yang dicampur-campur Indonesia dan Jawa.
Saya pun berterus terang bahwa baru kali ini ke Gunung Kemukus, karena
diberi tahu teman. Tapi saya ngarang aja bahwa saya dagang beras. Untung
dia nggak tanya macem-macem soal dagang beras. Kalau dia sempat tanya
itu, wah aku bisa gelagepan juga.
Di mobil angkutan aku berkali-kali melirik Mbak Surti. Umurnya kira-kira
3 tahun di bawah aku, tapi badannya semok benget. Susunya gede dan
pantatnya bahenol. Yang terlihat istimewa dari bodynya adalah
pinggangnya ramping. Model yang begini ini amat jarang saya temukan.
Umumnya kalau susu gede, dan pantat semok, perutnya juga besar.
Kami sampai di pemberhentian Barong. Sang supir meneriakkan
kemukus-kemukus. Ternyata banyak juga penumpang yang turun di situ. Di
tempat pemberhentian angkutan itu sudah banyak laki-laki, yang
kelihatannya menunggu pasangan, menawarkan diri menemani para peziarah
perempuan. Si Mbak Surti menggandeng tanganku, untuk menegaskan kepada
orang-orang di sekitar situ bahwa dia sudah punya pasangan. Dengan
begitu memang tidak ada laki-laki yang menawari untuk menemani dia
berziarah. Tukang Ojek sudah menunggu dan terkesan berebut menawarkan
jasa ojek. Karena aku tidak tahu sejauh apa tempatnya, kami berdua
setuju menyewa ojek sampai ke pinggir dermaga penyeberangan. Kebetulan
waktu kami kesana, air waduk Kedung Ombo sedang naik, jadi untuk
mencapai gunung Kemukus kami harus menyewa perahu penyeberangan.
Gila juga, mereka menawari ongkos semaunya. Aku langsung patahkan dengan
menawar biaya sepantasnya. Berbekal kembang dan pernak-pernik untuk
ziarah kami menaiki tangga yang lumayan tinggi dan banyak. Katanya
jumlah anak tangga itu ada 157. Diatas disambut oleh juru kunci dan Si
mbak langsung menjelaskan maksudnya berziarah ke sana. Aku diam saja
sambil mengamati, betapa ramainya orang berziarah ke sini. Makam
Pangeran Samudro berada dibawah semacam bangunan Joglo yang cukup luas.
Makamnya dikerudungi kelambu. Terasa suasana sakral di sekitar makam
itu. Aku ikut-ikutan saja menabur kembang dan duduk seperti peziarah
lainnya. Mbak Surti kelihatan khusuk benar dia berdoa. Aku tidak tahu
dia berdoa minta kepada siapa, apa ke rohnya Pangeran Samudro apa ke
Tuhan YME.
Aku ke sini kan tidak berniat ziarah sungguh-sungguh, tetapi ingin merasakan petualangan ritual sex yang melegenda.
Selesai menuntaskan ritual berdoa, kami lalu mundur dari bangunan makam
Pangeran Samudro. Waktu itu sudah sekitar jam 10 malam. Di sekitar makam
itu di bagian agak ke bawah terdapat tempat-tempat penginapan . Tapi
menurut temanku, lebih asyik kalau melampiaskan hasrat berhubungan badan
di semak-semak di dekat pohon besar. Aku menyarankan kepada Mbak Surti
untuk kami beristirahat sambil menyewa tikar di bawah pohon besar di
semak-semak itu. Suasananya agak remang-remang karena hanya mengandalkan
sinar bulan purnama. Kami mencari tempat yang agak lega.
Dalam pencarian itu kami melewati pasangan yang lagi asyik berhubungan
badan dan mereka tampaknya tidak perduli ada orang yang melintas dekat
mereka. Banyak sekali pasangan yang sedang tumpuk-tumpukan. Mereka
melakukannya tanpa melepas seluruh pakaiannya. Oleh karena itu meski
pada posisi orang berhubungan badan, tetapi tidak bisa terlihat payudara
pasangan perempuannya. Namun yang bikin lebih seru ada pasangan yang
perempuannya mengerang-ngerang nikmat. Kami mendapat tempat yang agak
lega. Meskipun lega tetapi tidak sampai 3 m ada pasangan lain yang
sedang bergelut. Karena suasananya cuek, kami pun berlaku begitu.
Kami mulanya tidur berdampingan. Aku rikuh juga mau mulainya gimana ya,
masak langsung meluk dan mencium lalu pegang tetek. Belum juga aku
menemukan jalan , aku terus ngobrol sambil berbisik, jam sudah
menunjukkan hampir 12 malam. Tiba-tiba tangan Mbak Surti meremas
selangkanganku. Lho udah bangun toh, katanya.
Udah mbak dari tadi sih, tapi masih sungkan, karena kita baru kenal kali ya, kataku.
Udah nggak usah sungkan, emang kemari kan tujuannya mau gituan,
katanya sambil dengan pedenya dia membuka sabuk dan resletingku. Penisku
langsung digenggamnya. Wah keras benget, katanya.
Birahiku mulai naik, aku pun mulai memberanikan diri langsung memegang
bagian selangkangannya. Dia mengenakan celana panjang, sehingga kontur
kemaluannya kurang terasa ketika diremas dari luar.
Aku berusaha membuka celana panjangnya sekaligus celana dalamnya.
Kuturunkan sampai ke mata kaki. Lalu tanpa foreplay macam-macam aku
langsung menungganginya.
Mbak Surti kelihatannya sudah siap akan ditunggangi, kakinya dilebarkan.
Penis kutempelkan ke gerbang vaginanya. Pelan-pelan aku tekan. Agak
seret juga, mungkin pelumasannya belum sempurna. Kutarik sedikit, lalu
kudorong lagi. Begitu berkali-kali sampai akhirnya bisa kejeblos
seluruhnya ke dalam memek Mbak Surti.
Rasa memeknya legit banget dan masih cukup menjepit, meskipun dia sudah
beranak 3. Kelihatannya dia pandai merawat kewanitaannya. Penisku terasa
sangat digenggam oleh liang vaginanya. Aku terus menggenjot. Mbak Surti
ternyata berpembawaan rame. Artinya dia mengerang-ngerang ketika
merasakan kenikmatan disetubuhi. Tetangga kiri kananku sampai-sampai
menoleh ke arah kami. Aku cuek aja. Itung-itung ini adalah sex party
dengan pasangan tetap. Boleh jadi kalau tempatnya terang mungkin ada
ratusan pasang yang lagi bersetubuh disitu. Kayak film orang jepang yang
ngesex rame-rame.
Aku terus menggenjot sambil menahan agar orgasmeku tidak segera datang.
Mbak Surti makin ribut, apalagi ketika orgasmenya nyampe, dia melenguh
panjang tersedat-sedat mengikuti ritme orgasmenya. Melihat dia mencapai
orgasme birahiku makin tinggi sehingga aku pun tidak kuasa lagi menahan
ejakulasiku. Kubenamkan dalam-dalam penisku ke dalam memek Mbak Surti
sambil merasakan hangatnya vagina Mbak Surti.
Kami berdua mencapai kepuasan. Aku tetap menindih Mbak Surti sampai
penisku mengecil dan akhirnya keluar sendiri dari sarangnya. Dengan
tissu yang sengaja kami siapkan kami membersihkan diri seadanya lalu
merapikan kembali pakaian kami.
Ini afdol banget ya mas, kita main di bawah pohon di semak-semak sini,
teman saya juga nyarani agar kalau main jangan dipenginapan, tetapi
disemak-semak, biar niatnya cepat terkabul., kata Mbak Surti.
Setelah selesai melakukan ritual yang aneh itu, kami beranjak menuju
Sendang Ontrowulan. Disana sekedar berbasuh muka dan kaki. Ada
kepercayaan air sendang itu membuat orang awet muda dan cantik.
Jam sudah menunjukkan 2 dini hari. Kami memutuskan untuk kembali ke Solo
ke penginapanku. Angkutan masih ramai. Eh lupa, sebelum kami kembali,
kami sempat membersihkan diri di wc umum. Risih juga rasanya, apalagi
rada-rada kebelet pipis .
Sesampainya di Solo, kami tidak langsung ke penginapan, tetapi mengisi
perut yang lagi keroncongan. Hidangan dini hari di Solo yang populer
adalah nasi liwet. Nikmat sekali rasanya menyantap nasi liwet sambil
duduk lesehan, malam-malam begini. Padahal selama ini aku kurang suka
nasi liwet, karena menurutku rasanya rada hambar dan jemek. Tapi kalau
waktunya tepat di tengah malam gini terasa enaknya.
Setelah perut terisi, dengan becak kami menuju penginapan. Enak juga
mas kamarnya, bersih lagi, katanya. Aku menawarkan mandi sebelum kami
bobo.
Dingin ah mas katanya.
Kamar mandi di kamarku dilengkapi dengan shower air panas. Akhirnya dia
mau juga mandi air panas. Alasanku biar badannya nggak lengket dan
segar. Aku langsung saja mebuka semua bajuku. Mbak Surti bingung melihat
kenekatanku, langsung telanjang di depannya.
Ih masnya kok nggak malu sih, katanya.
Lha buat apa malu kita kan udah lebih dari telanjang tadi, kataku
Aku membantu Mbak Surti yang masih rada malu bertelanjang di depanku.
Perempuan kadang-kadang aneh juga. Dia udah kita setubuhi, tapi masih
merasa malu. Setelah telanjang bulat di kamar yang sengaja lampunya aku
terangi, Mbak Surti berusaha menutupi payudaranya dan kemaluannya dengan
kedua tangan nya. Aku biarkan saja dia begitu, mungkin dia masih dalam
proses transisi untuk berani telanjang sesungguhnya di depanku.
Kurangkul dan kubimbing ke kamar mandi. Shower aku atur agar tidak
terlalu panas, tetapi juga tidak dingin. Pertama aku guyur seluruh tubuh
Mbak Surti termasuk rambutnya.
Body Mbak Surti ini memang benar-benar aduhai. Rugi amat suaminya
meninggalkan istri sebagus ini. Mukanya juga gak terlalu jelek, malah
menurutku untuk ukuran di sini sudah bisa mencapai skor 7 lah. Aku
menyabuni seluruh tubuhnya. Bagian payudaranya agak lama aku remas-semas
dengan sabun yang licin. Ah mas e nakal, main disitu terus, katanya.
Selanjutnya adalah selangkangan. Baru aku sadar bahwa Mbak Surti tidak
banyak memiliki jembut, sehingga memeknya yang mentul terlihat jelas.
Aku memasukkan jari tengahku dan membersihkan belahan memeknya dengan
sabun. Aduh mas geli ah, katanya manja. Aku gantian minta disabuni.
Dia memperlakukan aku seperti sedang memandikan anaknya, Bedanya
dibagian penisku dia melakukan kocokan, sehingga penisku pelan-pelan
mulai bangun lagi.
Nikmat sekali dan segar rasanya membersihkan diri, meskipun waktunya
sudah dinihari. Dengan berbalut handuk kami kembali kekamar tidur. Aku
menyarankan Mbak Surti untuk langsung masuk ke bawah selimut dengan
melepas handuknya. AC kamarku terasa sangat dingin, apalagi sehabis
mandi begini rasanya tidak tahan berlama-lama telanjang. Setelah badanku
kering aku juga langsung masuk ke dalam selimut yang sama dengan Mbak
Surti.
Tempat tidur di kamarku cukup leluasa untuk ditempati berdua. Aku
langsung memeluk tubuh mbak Surti yang kedinginan . Tanganku mulai
bergerilya meremas susunya yang masih padat dan menantang. Dia mulai
bangkit birahinya, ditandai nafasnya yang makin cepat. Pentilnya
kupilin-pilin dan akhirnya aku hisap dan gigit dengan kedua bibirku.
Nafsu Mbak Surti makin tinggi dengan sekali-kali melenguh. Giliran
berikutnya tanganku menggapai belahan memeknya yang berbulu jarang.
Terasa sudah mulai berlendir di bawah sana. Aku turun menciumi perutnya
yang masih kencang sambil jariku terus memainkan clitorisnya. Dia
mengejang-ngejang setiap kelentitnya diusap.
Selimut sudah terbuka dan badan Mbak Surti terekspos bugil. Aku terus ke
bawah dan menciumi gundukan memeknya. Mas jangan ah jijik, katanya.
Rupanya dia belum pernah dioral. Aku tidak perduli malah terus
menelusuri kebawah dan lidahku sudah menemukan titik sasaran, yaitu
clitorisnya. Memek Mbak Surti sama sekali tidak berbau. Mungkin juga
karena habis mandi tadi dibersihkan dengan sabun, atau karena dia memang
pandai merawat kewanitaannya. Aku mulai melakukan operasi ke seputar
memeknya. Mbak Surti sudah lupa soal jijik tadi. Dia malah
menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan lidahku di kelentitnya.
Aduh mas enak e masssss, erangnya berkali-kali.
Tiba-tiba dia terdiam dan tidak berapa lama kemudian menjerit keras dan
bersamaan dengan itu seluruh permukaan kemaluannya berkedut-kedut. Dia
mencapai orgasmenya melalui oralku. Aku bekap terus mulutku ke memeknya
dan menghentikan gerakan lidah. Tangan Mbak Surti menekan kepalaku agar
lebih ketat menekan memeknya. Aku memang agak kesulitan bernafas
jadinya, tetapi masih ada celah sedikit.
Selesai dia menuntaskan orgasmenya dia tergolek lemas. Aku meneruskan
mencolok jari tengah dan jari manis perlahan-lahan memasuki memeknya
yang sudah makin basah. Titik G pot yang dicari terasa menonjol di
bagian langit-langit vaginanya. Pelan-pelan aku raba halus. Awalnya Mbak
Surti diam saja. Namun lama-kelaman dia mulai lagi merintih-rintih. Aku
menggerakkan kedua jariku di dalam memeknya dengan gerakan yang makin
keras. Mbak Surti pun makin mengerang. Aku buka kedua kakinya sehingga
belahan memeknya juga terbuka. Memeknya cukup bagus, tidak ada gelambir
berlebihan, dan warnanya juga tidak terlalu pekat. Mas-mas stop dulu
mas aku rasanya kebelet pipis, aduh mas, erangnya. Aku tidak menuruti
kemauannya tetapi terus mekin keras mengangkat kedua jariku di dalam
liang vaginanya. Aku sengaja membuka lebar celah vaginanya. Seperti yang
kuharapkan, dari celah vaginanya menyemprot cairan agak kental mengenai
mukaku. Sekitar 4 kali semprotan itu terjadi dan makin melemah sampai
akhirnya hanya meleleh.
Aduh mas aku pipis tadi ya, tapi rasane koq uenak banget yoo, aku lemes banget mas, katanya.
Tidak menghiraukan keluhannya aku langsung menindihnya dan memasukkan
penisku yang sudah mengeras sejak tadi. Meski memeknya basah, tetapi
jepitannya masih terasa mencengkeram. Aku menandai, jika cewek baru
orgasme, otot-otot vaginanya demikian mengembang sehingga memberi efek
lebih menjepit. Aku memompa dengan gerakan kasar. Mbak Surti mencapai
orgasme lagi, dia sampai minta-minta ampun karena katanya badannya lemas
banget. Aduh mas wis mas aku ampun mas lemes banget massss, tapi
terus aku genjot. Mbak Surti mesti mengiba-iba minta kuhentikan, tetapi
dia merintih=rintih keenakan juga. Aku memainkan penisku di dalam
vaginanya pada posisi konstan tepat dimana bagian-bagian sensitifnya
tergerus. Rasa nikmat mulai menjalari seluruh tubuhku dan orgasmeku
sudah makin mendekat dan akhirnya meledaklah spermaku di dalam memeknya.
Aduh mas e pinter banget main e, aku nganti lemes banget mas. Aku
durung pernah ngrasake koyo ngene, katanya.
Setelah beristirahat sejenak dia kuajak ke kamar mandi. Tapi dia rada
enggan. Aku bilang, nggak enak, kalau tidur belepotan gitu. Di bawah
pantatnya memang aku alasi handuk, agar maniku yang meleleh keluar dari
memeknya tidak sampai mengotori sprei.
Dengan malas-malasan akhirnya dia menggelayut ditubuhku menuju kamar
mandi. Setelah itu kami tertidur pulas. Kami terbangun sudah sekitar jam
11 siang. Perut rasanya keroncongan.
Setelah kami main satu ronde lagi, kami mandi dan berpakaian lengkap. Hari ini aku berencana mengantar Mbak Surti ke Purworejo.
Mas tau enggak, aku kan waktu di Terminal Tirtonadi kemarin, pura-pura
saja nanya ke mas. Padahal aku naksir mas biar jadi pasanganku untuk ke
Gunung Kemukus, katanya sambil berbisik dalam perjalanan kami dengan
kereta Pramex (Prambanan Expres). Dalam hatiku ternyata sama juga dengan
aku, memilih-milih pasangan sebelum ke Kemukus.
Sesampainya di Purworejo aku langsung mencari hotel, dan malamnya
janjian mau merasakan nasi gorengnya. Mbak Surti dibantu keponakannya
membuka tenda Nasi Goreng. Aku mencicipi nasi goreng olahannya, juga mi
rebus. Ternyata bumbunya terasa masih kurang mantap, malah terkesan
terlalu banyak MSG. Kalau dia mempertahankan rasa nasi goreng seperti
ini, biar berpuluh kali ke gunung Kemukus, nasi goreng dagangannya gak
bisa tambah laku. Aku berjanji akan memberi resep bumbu nasi goreng yang
lebih yahud. Dia kelihatan senang sekali. Lha mas e pinter masak
toh, tanyanya heran bercampur gembira. Kami janjian ketemu besok dengan
dia menjemputku ke hotel dan mengajak ke rumahnya.
Keesokan harinya aku bersama Mbak Surti belanja ke pasar membeli bumbu
yang kuperlukan seperti kecap asin, kecap inggris, ebi, kemiri dan bumbu
kaldu sapi dan ayam serta trasi yang bagus. Semua belanjaannya
kubayari. Dia kelihatan senang sekali.
Dari pasar kami langsung menuju rumahnya yang sederhana. Rumahnya
kelihatan sepi kecuali keponakannya yang kemarin membantu berjualan.
Semua anak-anaknya sedang bersekolah. Aku menunjukkan olahan bumbu nasi
goreng berbagai versi, ada versi chinese food, ada versi nasi goreng
jawa, sekaligus dengan isinya ada udang, ayam, hati ampela ayam dan
baso. Dengan gaya koki profesional aku mendemontrasikan penggunaan bumbu
dan memasak nasi gorengnya dengan berbagai versi. Wah nasi goreng mas e
enak tenan je, katanya. Aku juga mengajari cara memasak mi goreng, mi
rebus dengan bumbu yang sederhana tetapi terasa sedap. Aku minta dia
mengikuti resepku untuk dijual di warungnya. Aku sekaligus mengajari
pula cara membuat Kwetiau goreng ala Medan dan Kwetiau siram.
Wah isine lengkap banget yo mas, iki di jual berapa mas. tanyanya.
Untuk pertama Nasi goreng lengkap dan Kwetiau gorengnya dijual dengan
harga 10 ribu dulu, nanti kalau sudah banyak pelanggannya baru
dinaikkan. Dengan harga 10 ribu sudah cukup bisa dapat untung kok. Dia
sepakat mengikuti arahanku dan nanti malam menu baru ini akan di coba
dijajakan. Itu saja tidak cukup aku membantu membuatkan menu dengan
menyewa komputer di warnet lalu difoto copy dan tendanya diubah dengan
tampilan print digital banner dengan disain yang lebih menarik. Malam
itu pengujung warungnya lebih ramai dari biasanya, sampai mereka harus
rela menunggu agak lama menunggu pesanannya. Menu baru yang kurancang
itu lumayan berhasil malam itu. Aku terus menunggu di warung Mbak Surti,
sampai dagangannya habis jam 12 malam. Wah lumayan je mas duite akeh,
kata Mbak Surti.
Memang tampilan warung Mbak Surti agak mencolok dibandingkan
warung-warung di dekatnya. Banner yang mencolok memikat orang untuk
mampir. Apalagi menu yang ditawarkan belum ada saingan di kota itu. Mbak
Surti sebenarnya punya sense yang bagus soal memasak, sehingga aku
tidak perlu terlalu susah mengajari bumbu-bumbunya.
Mbak kuncinya di telor, jangan dimasukkan diawal, tetapi dipertengahan
kita menggoreng, biar tidak amis taburi merica. Dengan telor itu
makannya jadi tidak terlalu berminyak, sehingga orang tidak cepet muak,
kataku memperingatkannya.
Mbak ziarah ke gunung kemukus itu harus 7 kali lho dengan jeda setiap
35 hari dan harus dengan pasangan yang sama lho, kataku menggoda.
Wah 10 kali pun gak apa-apa asal sama mas e katanya genit.
Sebulan kemudian dia mengabariku bahwa warung tendanya sekarang sudah
memiliki 3 meja, dan rame terus. Padahal waktu itu cuma ada 1 meja. Dia
sudah punya 2 asisten untuk masak dan 2 lagi untuk melayani.
Aku tidak tahu apakah Mbak Surti meyakini kemajuan dagangnya karena
ziarah ke Kemukus, atau karena menu baru yang kuajarkan kepadanya.
Hampir setiap bulan aku ke Solo dan kami ke Kemukus melaksanakan sex
orgy di alam bebas. Setahun kemudian dia sudah makin berkembang dengan
memperbesar tendanya menjadi 8 meja. Omzetnya sudah bisa mencapai 2
jutaan dan kalau malam minggu bulan muda bisa mencapai 5 jutaan.
Jika dulu aku yang membiayai hotel dan segala macamnya. Sekarang Mbak
Surti mencegah aku membiayai itu, Dia semua yang membayarnya.
Aku menyukai mbak Surti karena memeknya uenak banget, sebaliknya dia
menyukai ku karena jasa resepku dia bisa maju . Kabar terakhir dia sudah
buka cabang di kota yang sama. Bravo Mbak.