Nafsu Birahi Si Bibi

Ini cerita pribadi yang sudah saya pendam selama 4 tahun. Waktu itu usia
saya masih 19 tahunan. Setelah mengenal cerita-cerita mesum di internet
saya tertarik untuk berbagi kisah juga. Meski saya meragukan keaslian
cerita di internet tersebut, hasrat berbagi kisah saya yang nyata ini
tak bisa saya tahan. Entah kenapa saya juga tak mengerti.

Saat itu saya masih berada dibangku Sekolah Menengah Atas, tepatnya
dikelas 2 SMA. Pengalaman saya tentang seks saat itu masih nihil. Meski
cukup sering menonton video porno, namun untuk urusan berhubungan dengan
wanita saya akui saya masih canggung jika mendekati lawan jenis. Tak
seperti teman SMA yang lainnya saya cukup tertutup untuk masalah seks,
video porno dan hal sensitif lainnya termasuk masturbasi. Jika teman
saya blak-blakan pernah melakukan masturbasi, berbeda dengan saya yang
cenderung tidak mau mengakui pernah melakukannya. Jujur saja, meski
cukup tertutup, libido saya cukup tinggi soal seks. Jika menonton video
porno tangan saya sudah gatal untuk mengocok penis saya hingga orgasme.
Alhasil jika libido sedang memuncak, saya bisa melakukan masturbasi 7
kali dalam seminggu atau 3 kali dalam sehari.

Begitulah kehidupan seks pribadi saya. Meski belum pernah melakukannya
dengan lawan jenis, saya cukup senang meski hanya dengan masturbasi.
Mungkin karena saya cukup pemalu untuk mendekati wanita dan tidak begitu
berani untuk bercerita tentang kehidupan pribadi saya yang satu ini.
Hingga suatu saat peristiwa yang tak pernah saya lupakan seumur hidup
saya itu terjadi.

Kisah ini berawal dari percakapan diruang tamu yang saya dengar. Saat
itu ayah saya sedang mengobrol dengan ibu saya dan seseorang yang
menelepon ayah saya pada waktu itu. Terdengar dari suara penelepon,
sepertinya itu adalah seorang wanita. Hingga selesai mendengarkan,
akhirnya saya bisa mendapatkan kesimpulan bahwa yang menelpon tadi
adalah bibiku sendiri. Bibiku ini adalah adik dari ayah. Ia menelepon
karena tak sedang kebingungan mencari tempat tinggal pasca menceraikan
suaminya. Sedikit bercerita, bibi saya ini menikah dengan duda yang
usianya terpaut cukup jauh. Saat itu, bibi saya menikah muda dan
suaminya berusia 35 tahunan. Mungkin terpaut 10-15 tahunan. Bibiku
menceraikannya mungkin karena faktor ekonomi yang menghimpit mereka
berdua. Setelah memiliki momongan dan ditambah bangkrutnya usaha sang
suami dan hutang yang harus dibayar, kebutuhan sehari-hari mereka
menjadi semakin bertambah. Akhirnya bibi saya memutuskan untuk berpisah
untuk selama-lamanya. Memang sih, bibi saya ini terkesan matre soal
duit. Soalnya setelah resmi bercerai ia digosipkan memiliki hubungan
dengan beberapa pengusaha.

Setelah berpetualang dengan beberapa pria, dan tinggal kesana kemari,
kadang dirumah temannya, kadang dirumah saudaranya, mungkin ia merasa
lelah dengan pencarian cintanya yang kandas hingga meminta pertolongan
kepada ayah saya. Akhirnya ia di izinkan untuk tinggal bersama kami
setelah ada kesepakatan dengan ibu dan anak2nya termasuk saya. Karena
saat itu kakak-kakak saya juga sedang sibuk diluar kota untuk kuliah dan
yang lainnya memang sudah berkeluarga. Ayah saya juga meminta anaknya
yang berusia 7 tahun untuk ikut tinggal bersama kami, tetapi si anak
tersebut hanya ingin tinggal bersama ayah kandungnya.

Setelah tinggal bersama, tak ada hal aneh ataupun fikiran kotor yang
terlintas dibenak saya. Semuanya berjalan normal-normal saja. Si bibi
juga tampak kerasan tinggal bersama kami. Ia tidur bersebelahan dengan
kamar saya diruang depan. Hingga akhirnya kejadian itu terjadi. Saat
itu, tanggal 23 mei 2010, tepatnya malam hari sekitar pukul 01.00, saya
keluar kamar untuk pergi ke toilet yang terletak didapur. Saat hendak
kembali ke kamar, saya mendengar bunyi ck,ck,ck,ck,ck seperti air yang
dikocok dibarengi dengan desahan lembut seorang wanita. Setelah mencari
sumber suara tersebut, ternyata suara tersebut semakin jelas ketika saya
menempelkan telinga saya ke celah-celah pintu kamar bibi. Saat itu saya
berfikir apa yang dilakukan bibi malam-malam begini? Hingga terbesit
dalam hati apakah si bibi sedang masturbasi? Malam itu saya begitu
penasaran hingga ingin sekali rasanya untuk membuka kamar bibi atau
mendengarkan suara desahannya. Akan tetapi saya masih ragu untuk
melakukannya karena takut akan ketahuan. Akhirnya saya memutuskan untuk
pergi tidur dan melupakan kejadian tersebut hingga esok pagi.

Paginya saya berpura-pura seperti tak ada kejadian aneh yang terjadi
semalam. Si bibi juga tampaknya tak menyadari jika saya sempat
mendengarkan desahannya semalam. Hingga saya pergi sekolah dan kembali
pulang kerumah. Kebetulan dihari itu ibu dan ayah saya pergi berjualan
dan hanya ada si bibi saja yang berada dirumah. Setelah sampai dirumah,
ternyata keadaan cukup sepi, pintu depan tidak dikunci hanya pagar
luarnya saja uang ditutup. Saya masuk seperti biasanya tanpa mengucapkan
salam atau ucapan telah pulang sehingga orang rumah biasanya tidak
mengetahui kedatangan saya kerumah. Setelah membuka sepatu, saya
langsung menuju kamar saya yang melewati pintu kamar bibi. Ketika hendak
memegang gagang pintu, saya kembali mendengar suara desahan dan ricikan
air seperti semalam. Pikiran kotor saya saat itu langsung hadir dan
membayangkan si bibi tengah masturbasi. Penis saya yang semula anteng
didalam celana, seperinya sudah mulai berontak. Namun untuk mengobati
rasa pensaran, saya harus berpikir untuk mencari cara atau alasan untuk
bisa masuk kedalam kamar bibi saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengganti pakaian saya terlebih dahulu
sembari mencari ide untuk bisa masuk ke kamar bibi. Setelah berfikir
beberapa saat akhirnya saya menemukan ide. Saya berpura-pura masuk untuk
mencari gunting kuku yang ada di dalam kamar bibi, karena memang
sebagian kelengkapan dandan ibu saya ada dikamar bibi saya tersebut.
Dengan jantung yang berdebar-debar akhirnya saya beranikan untuk
menerbos masuk ke kamar bibi saya tersebut dengan harapan pintunya tidak
dikunci. Dengan rasa pensaran dan libido yang sudah cukup tinggi, saya
beranikan diri membuka pintu yang ternyata tidak dikunci tersebut.
Setelah berhasil membuka pintu saya dikejutkan oleh pose bibi yang
sedang mengocok vaginanya dengan posisi menungging dan tangan satunya
yang meremas payudaranya. Sontak saja si bibi kaget dan menutupi
payudara dan vaginanya yang sudah tampak basah tersebut.

“mm..maaf bi, saya mau cari gunting kuku..” kataku. Setelah mengetahui
keadaan si bibi, saya langsung menutup pintu kembali dengan muka tersipu
malu. Akhirnya apa yang saya duga ternyata benar, si bibi sedang
bermasturbasi. Melihat kejadian tersebut saya segera menuju kamar mandi
karena tak tahan juga melihat kejadian itu yang membuat penis saya ingin
memuntahkan spermanya.

Setelah selesai dengan “hajat” saya, saya kembali menuju kamar untuk
menonton tv dan melupakan kejadian tersebut. Akan tetapi pintu kamar si
bibi terlihat terbuka. Saat melintas di depannya, saya melihat bibi
tengah menangis tersedu-sedu sehingga rasa tak tega menghampiriku. Saya
menghampirinya dan kemudian bertanya, “Bibi kenapa menangis?”. Ia masih
saja menangis. Kucoba untuk bertanya sekali lagi, “Bi.. yang tadi ngg
akan saya ceritain ke ibu sama ke ayah kok. tenang saja..” “Kamu janji?”
jawabnya. “Iyaa bi, tenang saja..” timpalku untuk meyakinkannya. Kami
berada pada percakapan yang cukup intim hingga akhirnya saya ketahui
ternyata si bibi punya nafsu birahi yang cukup besar. Perceraian dengan
suaminya juga diakuinya bukan hanya soal ekonomi saja, namun masalah
kebutuhan biologisnya. Si suami yang sudah cukup berumur, sudah tak
mampu lagi mampu memenuhi kebutuhan batiniyahnya. Pada pertengahan
percakapan si bibi berceloteh, “Kamu masih kecil, tapi cukup dewasa juga
ya menyikapi hal beginian”. “heuheu, luarnya saja yang kecil bi,
dalemnya sih gede..” candaku. percakapan sudah mulai santai dan mencair
hingga menjurus ke pornografi. Diketahui juga, si bibi juga pernah
melakukan hubungan intim dengan salah seorang pacarnya pasca bercerai,
namun itupun hanya sekali-kalinya saja. Dan kini, disaat libidonya
sedang tinggi-tingginya ia bingung harus bagaimana untuk menyalurkan
hasratnya tersebut.

Dengan percakapan yang menjurus ke pornografi, saya akui birahi saya
juga mulai naik, apalagi saya masih teringat dengan bokong dan vagina
bibi yang basah tersebut. Saya beranikan untuk semakin mendekat ke bibi,
berusaha merangkulnya dan akhirnya si bibi memeluk badan saya. Pikiran
saya saat itu hanya memikirkan bagaimana saya memulainya untuk bisa
menikmati tubuh bibi yang lumayan montok tersebut. Payudaranya juga saya
akui cukup besar, mungkin tangan saya sedikit kewalahan untuk bisa
meremas payudaranya secara keseluruhan. Setelah birahi mencapai
ubun-ubun, saya beranikan untuk mencium keningnya, sambil sesekali
memuji keindahan tubuhnya. Si bibi hanya tersenyum saja saya perlakukan
seperti itu.Kemudian saya beranjak untuk menciumi pipi, telinga, leher
hingga akhirnya kami berciuman begitu romantis. Saya sempat kewalahan
mengimbangi ciuman bibi yang sesekali menyedot bibir saya. Mungkin
karena libidonya sudah mulai naik kembali. Tak lupa juga ketika sedang
asyik berciuman, tangan saya aktip bergerilya meremas kedua gunung
kembarnya yang masih dibalut kaos dan branya.

Setelah puas berciuman, si bibi segera membuka kaos dan branya. Saya
bisa melihat dengan jelas puting payudaranya yang coklat kehitaman yang
kontras dengan warna kulit payudaranya yang putih. Ia menuntun kepala
saya untuk mengecup payudaranya dan kemudian saya rebahkan dikasur
supaya lebih nyaman. Jujur saja, libido saya saat itu sudah tak
terkendali lagi, saya begitu lahap menyedot, mengecup dan menjilat
payudara si bibi. Penis saya pun sudah tak tahan membendung spermanya
untuk keluar. Beruntung, karena sempat bermasturbasi, saya masih bisa
menahan nafsu saya. Maklum, baru kali ini saya bisa melihat seorang
wanita begitu pasrah bugil dan saya setubuhi.

“de.. kocok memek bibi ya..” pintanya dengan nada rendah. kuturuti
perintah bibi, memeknya sudah begitu becek, sehingga saat saya
mengocoknya dengan cepat, suara kocokannya bercampur dengan air
lendirnya menimbulkan suara yang sama seperti yang pertama kali saya
dengar malam kemarin. karena masih mengenakan celana dan CD, aku meminta
bibi untuk membuka semua pakaiannya sehingga saya bisa melihat tubuh
bibi dalam keadaan telanjang bulat. Memeknya begitu menarik perhatian
saya, bulu-bulu tampak rapi dan tidak begitu lebat persis seperti
memek-memek yang ada di film porno jepang. Tak tahan melihatnya, saya
langsung lucuti pakaian saya hingga benar-benar telanjang dan langsung
menjilati memek si bibi. Melihat penis saya yang sudah tegang dan
mengeras si bibi menawarkan untuk mengocok penis saya, namun saya
menolaknya karena takut keburu keluar sebelum merasakan memeknya.

Saat menjilati memeknya, bibi hanya mendesah lembut.. “hmmmh…”
“mmmhhh…” dan semakin lama memeknya tersebut semakin basah. entah
karena air liur saya atau karena cairan orgasme si bibi. karena saat itu
saya belum tahu kalau si bibi telah mencapai orgasmenya. Karena sudah
tak tahan dengan nafsu birahiku, saya meminta ijin untuk memasukan penis
saya kedalam memek si bibi, “saya masukin ya bi?” pintaku. “iya de..
masukin aja..” jawabnya dengan lirih.. Berbekal video porno saya tidak
mengalami kendala saat memasukan penis saya ke memek si bibi. Mungkin
karena memeknya juga yang telah basah sehingga memudahkan penis saya
untuk memasukinya.

Dengan dorongan yang cukup keras, seluruh penis saya telah masuk kedalam
memek bibi. Secara perlahan saya goyangkan pinggul saya untuk mengocok
memeknya. Ada perasaan enak bercampur sedikit panas dan ngilu pada
kepala penis saya. Mungkin karena efek masturbasi tadi. Semakin lama
saya semakin mempercepat kocokan penis saya ke memeknya. Hingga akhirnya
saya tak tahan lagi untuk menahan aliran sperma yang ingin keluar dari
penis saya. “Bi, mau keluar..” kataku dengan sedikit ngos-ngosan.
“Keluarin aja de..” katanya dengan setengah desahan. Setelah beberapa
detik akhirnya penis saya menyemburkan spermanya kedalam rahim bibi.
Kedutannya cukup membuat saya lemas walaupun sperma yang keluar tidak
begitu banyak. Saya diamkan beberapa saat, kemudian saya cabut penis
saya dari memek si bibi. “makasih ya bi..” kataku sambil mengecup kening
si bibi. Kurebahkan tubuhku disampingnya. Meski hanya berlangsung
selama 30 menit, namun keringat ditubuhku keluar cukup banyak. Si bibi
langsung memelukku sambil berkata, “kamu lumayan juga, bibi ngg nyangka
kamu bisa begini”. “Tapi aku hanya tahan sebentar bi..” balasku. “Ngg pa
pa, yang penting bibi bisa salurin hasrat bibi de, kamu jaga rahasia
kita ya..” pintanya.

Semenjak saat itu, saya telah melakukan beberapa kali hubungan seks
dengan bibi saya. Dihari itu saja, pada malam harinya, kami melakukan
kembali pergumulan tersebut hingga menjelang pagi. Namun sayangnya, saat
ini bibi saya telah berada diluar negeri untuk bekerja menjadi TKW di
hongkong, ia bekerja di pabrik setelah temannya menawarkan pekerjaan
disana. Beberapa hari sebelum keberangkatannya ke Hongkong, kami
melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali dalam satu malam. Dan
setelah berada di hongkong beberapa hari, kabarnya si bibi hamil akibat
hubungan intim kami, namun ia memutuskan untuk menggugurkan kandungan
demi karirnya yang masih seumur jagung. Ada perasaan bersalah namun
adapula perasaan rindu kepada bibi untuk bisa menikmati tubuhnya lagi.
Cepatlah pulang bi, aku selalu menunggu kehadiranmu dikamarmu.. Sekian

Proudly powered by WordPress