Tante Erna, ibu kawan lamaku

Cerita ini adalah sebuah pengalaman saya yang terjadi sekitar 1 tahun
yang lalu. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan
bersama Tante Erna. Umur saya sekarang adalah 23 tahun, saya (Reza) baru
saja menyelesaikan kuliah saya di sebuah perguruan swasta yang terkenal
di Kota M. Dulu ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya mempunyai
teman bermain yang cukup akrab, namanya Dewi. Dia adalah teman dekat
saya sejak perkenalan pertama kali ketika masih duduk di bangku SMP.
Karena hubungan kami sangat dekat, maka saya sering bermain ke rumahnya
di kawasan X. Hampir tiap minggu pasti saya bermain kerumahnya, entah
untuk mengajaknya pergi atau hanya bermain di rumahnya saja. Karena
hubungan kami yang dekat, maka hubungan saya dengan keluarganya cukup
dekat pula. Apalagi dengan Tante Erna, yang tidak lain adalah ibu
kandung Dewi. Perlu anda ketahui, Tante Erna menikah di umur yang sangat
muda dengan Om Edi. Tante Erna melahirkan Dewi ketika masih berumur 18
tahun. Selain Dewi, Tante Erna juga mempunyai anak lagi yaitu Deni yang
baru berumur 2 tahun saat itu. Memang perbedaan umurnya dengan Dewi
sangat jauh, apakah mungkin Tante Erna memang ingin mempunyai anak lagi
ataukah…? Setiap hari Tante Erna hanya di rumah saja, sedangkan Om
Edinya adalah seorang karyawan perusahaan asing yang cukup sukses. Pada
akhirnya ketika baru menginjak SMA tahun ke-2 hubungan saya dan Dewi
serta dengan keluarganya putus, ketika ternyata mereka sekeluarga harus
pindah ke Kota J untuk mengikuti Om Edi yang mendapat pekerjaan di Kota
J.

Namun kira–kira setahun yang lalu saya mendapat berita bahwa Dewi sedang liburan ke
Kota M. Tentu saja saya senang sekali karena bisa bertemu teman lama
saya. Ketika sudah berada di Kota M, Dewi menelepon saya dan dia
menyuruh saya datang ke Rumahnya di kawasan Elit. Dan akhirnya saya pun
datang bertemu dengan dia di Rumahnya. Ketika datang saya sangat kaget,
karena ternyata Tante Erna sudah tinggal kembali di Kota M. Tante Erna
ternyata tidak terlalu betah dengan suasana di Kota J, kira–kira setelah
1 tahun di Kota J dia memutuskan bersama Deni untuk kembali ke Kota M.
Sedangkan Om Edi dan Dewi tetap tinggal di sana. Deni sekarang sudah
sekolah pada sebuah SD swasta terkenal di kawasan Perumahan elit. Ketika
bertemu dengan Dewi maupun dengan anggota keluarganya yang lain, saya
sangat senang sekali, karena sudah lama sekali saya tidak berjumpa
dengan mereka semua. Namun setelah kira–kira 2 minggu berada di Kota M
untuk liburan, akhirnya Dewi harus kembali ke Kota J untuk meneruskan
studinya. Namun setelah 1 minggu Dewi balik ke Kota J, tiba–tiba saya
mendapat telepon dari nomor HP yang biasa dipakai Dewi ketika dia berada
di Kota M, dan ternyata setelah saya ingat nomor tersebut adalah nomor
HP Tante Erna.

“Rez… Tante nih, kamu lagi dimana?” tanya si Tante.
“Saya baru saja habis makan siang tuh sama teman saya Tante, ada apa memangnya?” tanyaku kembali.
“Gini… ada yang aneh sama TV di rumah Tante, kamu bisa tolong kemari tidak?” tanyanya.
“Yah… bisa deh Tante, cuman kira-kira 2 jam lagi deh yah,” jawab saya.

Akhirnya saya datang juga ke Rumahnya untuk membantunya. Setelah sampai
di Rumahnya alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Erna memakai baju
yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi bagiku, karena
walaupun sudah mulai berumur, Tante Erna masih sempat menjaga tubuhnya
dengan melakukan senam “BL” seminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut
saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah
ukuran payudaranya kira–kira 36B. Ketika saya mengecek TV-nya ternyata
memang ada yang rusak. Waktu saya sedang berusaha mengeceknya tiba–tiba
Tante Erna menempel di belakang saya. Mula–mula saya tidak menaruh
curiga sama sekali mungkin karena dia ingin tahu bagian mana yang rusak,
namun lama–lama saya merasakan ada sesuatu yang menempel di punggung
saya, yaitu payudaranya yang montok. Setelah TV berhasil saya benarkan,
kami berdua akhirnya duduk di ruang keluarganya sambil menonton acara TV
dan berbicara tentang kabar saya.

“Rez, kamu masih seperti yang dulu saja yah?” tanya Tante Erna.
“Agh… Tante bisa aja deh, emang nggak ada bedanya sama sekali apa?” jawabku.
“Iyah tuh… masih seperti yang dulu saja, cuman sekarang pastinya sudah dewasa dong…” tanyanya.

Lalu belum saya menjawab pertanyaannya yang satu itu, tiba–tiba tangan
Tante Erna sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget
setengah mati.

“Rez… mau kan tolongin Tante?” tanya si Tante dengan manja.
“Loh… tolongin apalagi nih Tante?” jawabku.
“Tolong memuaskan Tante, Tante kesepian nih…” jawab si Tante.

Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut
Tante Erna yang memiliki rambut sebahu dengan warna rambut yang
highlight, saya benar–benar tidak membayangkan kalau ibu teman dekatku
sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan
untuk “bercinta” dengan Tante Erna ini, karena selama ini saya
menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.

“Wah… saya harus memuaskan Tante dengan apa dong?” tanyaku sambil bercanda.
“Yah… kamu pikir sendiri dong, kan kamu sudah dewasa kan…” jawabnya.

Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulailah memberanikan
diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya.
Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai
meremas–remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Erna juga tidak
mau kalah, ia langsung meremas–remas alat kelaminku dengan keras.
Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu
seksnya yang ternyata sangat besar ini, apalagi setelah kepulangannya
dari Kota J. Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua
bercumbu seperti di atas, Tante Erna menarik saya ke kamar tidurnya.
Sesampainya di kamar tidurnya dia langsung melucuti semua baju saya,
pertama–tama dia melepas kemeja saya kancing perkancing sambil menciumi
dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya sampailah
pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s
saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan
saya.

“Wah… Rez, gede juga nih punya kamu…” kata si Tante sambil bercanda.
“Masa sih Tante… perasaan biasa–biasa saja deh,” jawabku.

Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Erna yang sudah jongkok di depan
saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia
memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghhh, nikmat sekali
rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah
dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai
memberanikan diri untuk bereaksi.

Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka
bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat
keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba–tiba libido seks
saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil
meremas–remas, sementara itu Tante Erna terlihat senangnya bukan main.
Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit–gigit
putingnya yang sudah mengeras.

“Oghh… saya merindukan suasana seperti ini Rez…” desahnya.
“Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah?” kataku.

Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh
ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna
hitam. Terlihat jelas klitorisnya sudah memerah dan liang kemaluannya
sudah basah sekali di antara bulu–bulu halusnya. Lalu saya mulai
menjilat–jilat kemaluan si Tante dengan pelan–pelan.

“Ogh… Rez, pintar sekali yah kamu merangsang Tante…” dengan suara yang mendesah.
“Wah… natural tuh Tante, padahal saya belum pernah sampai sejauh ini loh…” jawabku.

Tak terasa, tahu–tahu rambutku dijambaknya dan tiba–tiba tubuh tante
mengejang dan aku merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya,
wah… ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, cuma berhubung
sudah dilanda nafsu, bau seperti apapun tentunya sudah tidak menjadi
masalah.
Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama
kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar–benar luar biasa. Mulut Tante
menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya
yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral
seks, akhirnya Tante Erna sekarang meminta saya untuk memasukan batang
kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.

“Rez… ayoo dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih,” minta si Tante.
“Wah… saya takut kalo Tante hamil gimana…?” tanyaku.
“Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang–tenang aja deh,” sambil berusaha meyakinkanku.

Benar–benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad
memasukan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.
Walaupun sakitnya juga lumayan. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan
gerakan maju-mundur dengan pelan, karena masih terasa sakit.

“Ahhh… dorong terus dong Rez…” minta si Tante dengan suara yang
sudah mendesah sekali. Mendengar desahannya saya menjadi semakin nafsu,
dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat walaupun rasa sakit
juga terasa. Akhirnya saya mulai terbiasa dan mulai mendorong dengan
cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas–remas payudaranya, sampai
tiba–tiba tubuh Tante Erna mengejang kembali. Astaga, ternyata dia
orgasme yang kedua kalinya. Dan kemudian kami berganti posisi, saya di
bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang
bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah,
benar–benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini.
Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, dan tangan
saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.

“Oh… oh… nikmat sekali Rez…!” teriak si Tante.
“Tante… saya kayaknya sudah mau keluar nih…” kata saya.
“Sabar yah Rez… tunggu sebentar lagi dong, Tante juga udah mau keluar lagi nih…” jawab si Tante.

Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di
dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.

“Arghhh…!” teriak si Tante Erna.

Tante Erna kemudian mencakar pundak saya sementara saya memeluk badannya
dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot–otot kemaluannya
benar–benar meremas batang kemaluanku. Setelah itu kami berdua letih dan
langsung tidur saja di atas ranjangnya. Tanpa disadari setelah 3 jam
tertidur, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan
menuju ke dapur. Ketika di dapur saya melihat Tante Erna dalam keadaan
telanjang, mungkin dia sudah biasa seperti itu. Entah kenapa, tiba–tiba
sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa
bekata–kata, saya langsung memeluk Tante Erna dari belakang, dan mulai
lagi meremas–remas payudaranya dan pantatnya yang bahenol serta menciumi
lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung
menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

“Ih… kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya?” kataya sambil tertawa kecil.
“Agh Tante bisa aja deh,” jawabku sambil menciumi bibirnya kembali.

Saking nafsunya, saya mengajak untuk sekali lagi bersenggama dengan si
Tante, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante
Erna kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali,
sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di dapurnya. Karena
keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya doggie style.

“Um… dorong lebih keras lagi dong Rez…” desahnya. Semakin nafsu saja

Aku mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin
keras juga sodokanku kepada si Tante, sementara itu tanganku menjamah
semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.

“Rez… mandi yuk?” mintanya.
“Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah?” jawab saya.

Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar
mandi saya mendudukkan Tante Erna di atas wastafel, dan kemudian saya
kembali menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai
terangsang kembali.

“Hm… nikmat sekali jilatanmu Rez… agghhh…” desahnya.
“Rez… kamu sering–sering ke sini dong…” katanya dengan nafas memburu.
“Tante, kalo tahu ada service begini mah saya tiap hari kalau bisa juga mau,” jawabku sambil tersenyum.

Setelah puas menjilatinya, saya memasukkan batang kemaluan saya kembali
ke lubang kemaluan Tante Erna. Kali ini, dorongan saya sudah semakin
kuat, karena rasa sakit saya sudah mulai berkurang ataukah saya sudah
mulai terbiasa yah? Bosan dengan gaya tersebut, saya duduk di atas
kloset dan Tante Erna saya dudukkan di atas saya, dan batang kemaluan
saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini
saya sudah mulai tidak terlalu merasakan sakit sama sekali, namun rasa
nikmat lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin
lama makin cepat membuat akhirnya saya “KO” kembali, saya mengeluarkan
air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Erna kemudian menjilati
kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua
sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama. Setelah selesai mandi,
Tante Erna memasakkan makan malam untuk kami berdua, dan setelah itu
saya pamitan untuk balik ke rumah. Setelah kajadian itu saya baru tahu
bahwa kesepian seorang Tante dapat membawa nikmat juga kadang–kadang.
Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan bersetubuhan.
Kami biasanya melakukan di apartmetnya di kala anaknya Deni sedang
sekolah atau les. Dan sering juga Tante membooking hotel berbintang dan
kami bertemu di kamar.

Proudly powered by WordPress